Lagu “7 Years” dari Lukas Graham menjadi fenomena global dengan liriknya yang menyentuh dan narasi personal yang kuat. Artikel ini akan menyelami makna di balik lagu tersebut, mengulas bagaimana Lukas Forchhammer, vokalis dan penulis lagu, merangkai kisah perjalanan hidupnya dari masa kanak-kanak hingga proyeksi masa depan, serta dampaknya terhadap pendengar yang mencari makna dalam perjalanan waktu dan pertumbuhan diri.
Pada tahun 2015, sebuah melodi yang lembut namun kuat mulai merajai tangga lagu di seluruh dunia. “7 Years” oleh band Denmark, Lukas Graham, bukan sekadar lagu pop biasa; ia adalah sebuah narasi introspektif yang membawa pendengarnya dalam perjalanan emosional melalui lintasan waktu. Ditulis oleh vokalis Lukas Forchhammer bersama Morten Ristorp, Stefan Forrest, dan David Labrel, lagu ini adalah cerminan otobiografi yang mendalam tentang harapan, impian, ketakutan, dan pelajaran hidup yang ia kumpulkan di setiap tahap usianya.
Sebuah Kronik Kehidupan yang Jujur
“7 Years” secara gamblang membagi kehidupan Lukas Forchhammer ke dalam segmen-segmen tujuh tahunan, dimulai dari masa kanak-kanak. Bait pertama, “Once I was seven years old, my momma told me, ‘Go make yourself some friends or you’ll be lonely’,” langsung membawa kita pada bimbingan awal orang tua dan pencarian identitas sosial. Lirik ini bukan hanya pengingat akan masa lalu Forchhammer di komunitas Christiania, Kopenhagen, yang dikenal dengan kehidupan komunalnya, tetapi juga resonansi universal tentang nasihat orang tua yang membentuk kita.
Seiring berjalannya lagu, Forchhammer melangkah maju ke usia 11 tahun, di mana ia “wrote stories and sang songs, putting them in the air,” mencerminkan awal mula ketertarikannya pada musik dan bercerita. Ini adalah fase eksperimentasi dan penemuan bakat. Transisi ke 20 tahun menunjukkan perubahan fokus menjadi ambisi dan kesenangan, “Only worried ‘bout the money, ‘cause the money make you happy,” sebuah pengakuan jujur tentang godaan materi dan pencarian kebahagiaan di usia muda. Namun, ia juga menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu ditemukan dalam kekayaan.
Kedewasaan, Kehilangan, dan Warisan
Puncak emosional lagu ini terletak pada bagian di mana ia mengulas usia 30 tahun, “My woman gave me a child, I hope to give him all I can.” Bagian ini ditulis sebelum Forchhammer memiliki anak, tetapi itu adalah antisipasi yang kuat akan tanggung jawab dan cinta seorang ayah. Ini juga merupakan usia di mana ia mengalami kehilangan besar, yaitu kematian ayahnya. Kehilangan ini menjadi titik balik penting dalam hidupnya dan sering disebut sebagai inspirasi utama di balik penulisan lagu ini. Sang ayah, Eugene Graham, adalah sosok sentral yang banyak membentuk Forchhammer, dan warisannya sangat terasa dalam liriknya.
Pada usia 60 tahun, lagu ini bergeser ke masa depan, “My daddy got 61, remember life got good, when I got old.” Forchhammer merenungkan kenangan akan ayahnya dan harapan untuk menjalani kehidupan yang panjang dan bermakna. Ia berharap dapat menua dengan bijaksana, dikelilingi oleh keluarga, dan memiliki cerita untuk diceritakan, sama seperti ayahnya. Ini adalah gambaran tentang keinginan untuk memiliki kehidupan yang utuh dan berdampak.
Pesan Universal tentang Waktu dan Pertumbuhan
“7 Years” sukses besar bukan hanya karena melodi yang menarik, tetapi karena kemampuannya menyentuh inti pengalaman manusia: perjalanan melalui waktu, pencarian makna, dan pembentukan diri. Lagu ini mengingatkan kita bahwa hidup adalah serangkaian fase, masing-masing dengan tantangan dan pelajarannya sendiri. Ia mendorong pendengar untuk merenungkan kehidupan mereka sendiri, memahami bagaimana masa lalu membentuk masa kini, dan membayangkan masa depan yang ingin mereka ciptakan.
Lukas Graham berhasil menciptakan sebuah karya seni yang melampaui batas genre, menawarkan sebuah introspeksi yang tulus dan jujur. “7 Years” adalah pengingat bahwa waktu terus berjalan, dan yang terpenting adalah bagaimana kita mengisi setiap “tujuh tahun” dalam perjalanan hidup kita, sambil terus belajar dan tumbuh.
